Sudah Tau Digital Minimalism?

“Kehidupanku terasa sangat hampa ketika bangun tidur hingga akan kembali tidur hanya terpaku pada gawai”

Kita sadari bahwa teknologi tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, bisa dikatakan teknologi merupakan salah satu sendi kehidupan bahkan dianggap sebagai salah satu bagian dari tubuh kita. Karena itu secara sadar maupun tidak sadar, teknologi mengubah banyak hal dalam hidup manusia. Tak bisa kita pungkiri, terdapat beribu-ribu manfaat yang didapat dalam perkembangan teknologi yang menjadikan pertukaran informasi menjadi lebih mudah dan cepat. Mulai dari bidang finansial, jika kita melihat lima belas tahun kebelakang tentunya perkembangan dalam finansial tumbuh begitu cepat, perkembngan tersebut dapat kita lihat dari mulai bentuk transaksi yang mulanya masih harus menggunakan mesin, sedangkan sekarang dapat melakukan transaksi menggunakan gawai atau smartphone, maraknya penggunaan e-money dan berinvastasi menjadi lebih mudah.

Kemajuan perkembangan teknologi dalam bidang kesehatanpun menjadi pengaruh besar, contohnya seperti mulai tersedianya layanan kesehatan secara online yang memudahkan pasien dalam mendapatkan layanan kesehatan. Begitu pula dalam bidang administrasi yang sangat memanfatkan teknologi untuk meningkatkan mutu pelyanan publik, dikutip dalam artikel Badan Kepegawaian Dan Pengembangan SDM Daerah yang ditulis oleh Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. “melalui pemanfaatan teknologi informasi dan juga komunikasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah supaya dapat terbentuk kepemerintahan yang bersih, transparan dan juga agar dapat menjawab tuntutan perubahan secara efektif”.

Dari tiga contoh tersebut bisa kita lihat gambaran begitu pesatnya perkembangan teknologi khususnya di Indonesia untuk membantu sumber daya manusia dalam memudahkan pekerjaanya. Semua informasi menjadi terbuka, mudah diakses dimanapun dan kapanpun. Namun dengan mudahnya mengakses informasi tersebut menimbulkan masalah baru seperti mudahnya tersebar hoax dan ujaran kebencian, tidak hanya itu secara tidak sadar kita menjadi adiksi yang mengarah ke konten negatif atau konten yang sebenernya tidak begitu penting dan tidak menimbulkan efek baik bagi diri kita sendiri terhadap platform yang sering kita gunakan seperti Instagram, YouTube, Twitter, Tiktok dan masih banyak lagi.

Adiksi konten negatif tersebut berawal dari penggunan platform yang tersedia secara berlebihan, tentunya segala sesuatu yang berlebihan itu akan menimbulkan efek tidak baik. Contoh sederhnnya ketika kita makan berlebihan akan menimbulkan rasa perut penuh, sesak bahkan mual yang menjadikan kita tidak nyaman untuk beraktifitas seperti biasa. Adapun jika kita mengonsumsi obat secara berlebihan maka akan terjadi overdosis, efek terburuk dari overdosis adalah kematian. Sama halnya ketika kita menggunkan teknologi khususnya media sosial secara berlebihan akan timbul rasa cemburu yang kuat, membandingkan diri sendiri dengan orang lain, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, parahnya jika berlanjut akan merasakan kecemasan yang berlebihan yang menimbulkan stress bahkan bisa depresi.

Dari situ munculah kesimpulan bahwa ketika sebelum adanya teknologi, manusia mempunyai banyak masalah dengan berbagai macam kekurangan dan setelah adanya teknologi tidak sedikit manusia mempunyai masalah dengan sifat berlebihan yang bisa menjadi buruk bagi manusia. Maka dari itu Marie Kondo seorang konsultan kerapian sekaligus penulis asal Jepang melalui bukunya yang berjudul “Konmari” memperkenalkan gaya hidup minimalis.

Lalu, apa itu minimalis?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata minimalis adalah berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur yang sederhana. Inti dari minimalis sendiri ini adalah mengurangi semua hal berlebihan yang terdapat di dalam hidup dan benar-benar fokus terhdap sedikit hal yang sangat penting unuk diri sendiri.

Apa itu digital minimalism?

Kita bisa terapkan prinsip minimalis tersebut versi digital. Digital minimalism bisa dikatakan sebagai gaya hidup menggunakan teknologi sesuai dengan kebutuhan, kepentingan dan efisien. Kenapa kita harus menerapkan digital minimalism? Sebelumnya tanya terhadap diri sendiri, menghabiskan berapa lama untuk membca thread  dan drama di twitter? Butuh berapa lama untuk melihat story di Instagram? Menghabiskan berapa lama scroll di online shop? Itu sebabnya kita harus peduli dengan atensi diri kita sendiri dan waktu kita sendiri untuk mendpt manfaat dari sosial media. Karena yang kita lihat dan dengar sehari-hari membentuk pola pikir kita untuk jangka panjang. Akan tidak baik bagi diri kita sendiri mengkonsusmsi hal yang tidak esensial, perlu diingat bahwa sosial  media hanyalah tools atau alat yang bersifat netral dan dapat kita atur, apa yang ingin kita lihat dan dengar saat menggunakan sosial media.

Lalu, bagaimana cara atau langkah sederhana melakukan minimalism digital? Yang pertama tentunya kita menentukan kriteria, menganalisis konten seperti apa yang ingin kita lihat dan tentunya bermanfaat bagi diri kita sendiri. Misalnya dalam platform tertentu seperti YouTube hanya melihat konten edukasi berbahasa Inggris dan juga tentunya hiburan seperti musik yang menginspirasi, selain dari itu kita bisa hide atau unsubscribe konten yang tidak masuk ke dalam kriteria. Lalu selanjutnya memilih aplikasi apa saja yang sekiranya memang dibutuhkan dan tidak wasting time. Contohnya aplikasi untuk berkomunikasi seperti WhatsApp dan aplikasi untuk transportasi, sisanya yang mungkin akan menggangu fokus, membuang-buang waktu dan juga kurang bermanfaat atau tidak masuk kriteria yang kit buat di awal bisa di hapus, dengan itu kita akan lebih jelas dan spesifik apa yang sebenarnya kita butuhkan.

Ada beberpa rekomendasi buku jika ingin menerapkan konsep minimalism bahkan digital minimalism, seperti :

Minimalism: Life a Meaningful Life oleh Joshua Fields dan Ryan Nicodemus

Digital Minimalism oleh Cal Newport

Walden or, Life In The Woods oleh Henry David Thoreau

Referensi : satu persen- Indonesia Life School, Greatmind

Oleh:
Yena Yulieta
(Mahasiswa Angkatan 2019)

Leave a Reply