Perlunya Komunikasi dalam Penanganan Covid-19

Perlunya Komunikasi dalam Penanganan Covid-19

Di awal tahun 2020 ini, dunia digentarkan dengan kemunculan virus baru di daerah Wuhan, China. Virus ini bernama corona dan nama resmi penyakit ini menurut WHO yaitu Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) Karena penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019.

Dilansir dari WHO, Hingga tanggal 19 Maret 2020 Covid-19 ini dikonfirmasi telah ada 206.000 lebih kasus di seluruh dunia dan sudah ada sekitar 8.000 orang yang meninggal karena kasus ini. Menurut WHO, penyakit ini umumnya akan lebih mematikan bagi orang –orang yang berusia lanjut dan juga memilki riwayat penyakit lain. Virus ini dapat menular dari orang ke orang lewat tetesan kecil dari hidung, mulut yang menyebar ketika orang yang terkena COVID-19 batuk atau membuang napas. Tetesan tersebut menempel ke beberapa tempat disekitar orang tersebut, lalu ada yang meneyentuh benda atau permukaan itu, kemudian mereka menyentuh mata, hidung atau mata sehingga mereka dapat tertular virus tersebut.

Karena semakin banyaknya negara yang terjangkit virus ini, maka WHO pada tanggal 11 Maret 2020 mengumumkan virus corona (COVID-19) sebagai pandemic. Sebenarnya apa itu pandemic? Pandemic menurut WHO adalah penyebaran penyakit baru secara global. Tujuan dari WHO mendeklarasikan COVID-19 ini sebagai pandemic adalah agar negara-negara di dunia ini lebih siap dalam menghadapi kemungkinan buruk penularan virus ini di negaranya dan juga memilki upaya pencegahan COVID-19 ini.

Di Indonesia sendiri, kasus Covid-19 pertama kali ditemukan dan diumumkan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 2 Maret 2020 yaitu seorang Ibu (64 tahun) dan putrinya (31 tahun). Awalnya memang masyarakat bersikap biasa, tapi saat inilah kepanikan mulai melanda masyarakat. Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sendiri hingga 19 Maret 2020 ini telah mencapai 227 kasus positif dan sudah ada 19 orang yang meninggal karena virus ini dan 11 orang sembuh (dilansir dari detik.com). Dari hal ini dinilai bahwa Indonesia memiliki kasus kematian tertinggi COVID-19 di Asia Tenggara.
Sebenarnya apa yang membuat COVID-19 di Indonesia menyebar begitu cepat?. Menurut Jurnal Komunikasi Marsefio Luhukay, Krisis tidak bergerak spontan, ia selalu diawali dengan gejala. Yang kadang tidak terlihat atau terdeteksi oleh suatu organisasi. Hal inilah yang penulis lihat terjadi di Indonesia dalam kasus COVID-19.

Advertisment
Berdasarkan tahapan krisis Fink (1986) dan Sturges, dkk (1991) menyatakan bahwa ada empat fase yang dilewati oleh sebuah krisis. Pada kasus COVID-19 sendiri,menurut penulis Indonesia berada di tahap Crisis build up yang mana pada fase ini gejala atau tanda-tanda krisis mulai muncul. Dan jika ditangani lebih cepat maka akan terjadi crisis abortion. Tapi jika tidak bisa ditangani dengan cepat maka bisa. menyebabkan crisis breakout. Maka dari itu, pemerintah saat ini telah melakukan berbagai macam cara untuk meredam penyebaran virus ini, salah satunya adalah kegiatan E-Learning yang diberlakukan untuk para siswa dan mahasiswa, dan juga pemberlakuan work from home bagi sebagian pekerja selama dua minggu terhitung sejak 16 Maret hingga 30 Maret 2020.

Maka dari itu, untuk membantu meredam penyebaran virus ini kita sebagai masyarakat harus mematuhi aturan. Selama masa self distancing ini diharapkan masyarakat dapat ikut bekerja sama dan membatasi interaksi di luar rumah jika memang tidak ada keperluan yang mendesak dan yang terpenting selalu senantiasa menjaga kesehatan dimanapun kita berada. Jika hanya kerja dari pemerintah saja atau hanya dari masyarakat saja tanpa adanya kerja sama akan sulit untuk menghadapi COVID-19 ini. Maka dari itu, dibutuhkan kerja sama semua pihak agar COVID-19 ini tidak sampai pada fase crisis breakout , sehingga upaya yang kita bersama lakukan tidak sia-sia dan penyebaran virus ini bisa segera teratasi.

Leave a Reply

https://manualpragas.cnpso.embrapa.br/wp-includes/pict/