Dalam kesunyian malam di atas desiran ombak, aku dan keenam temanku sedang berada di dalam kapal yang akan mengantarkan kami menuju perjalanan panjang ke Desa Boleng, lebih tepatnya menuju Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur.
Kami berangkat dari Jakarta pada hari jum’at dini hari dan tiba di Kabupaten Kupang pada pukul enam pagi lalu singgah di penginapan yang telah disediakan oleh Lembaga Filantropi saat itu. Aku kira perjalanan menuju pengabdian telah sampai, ternyata kami membutuhkan waktu 26 jam lagi untuk sampai ke tempat pengabdian. Huft.
Kami menempuh perjalanan panjang selama itu dengan transportasi laut. Agak berbeda, biasanya kami menyambut bulan suci ramadhan dengan berkumpul bersama keluarga. Namun, kali ini menyambut hari pertama bulan suci ramadhan sedang safar menuju pulau Adonara, yang kata orang pulau itu “sangat Indah dan penuh pelajaran”.
Tibalah kami di Desa Boleng, pulau Adonara pukul 15.00 WITA. Kami disambut dengan penuh cinta oleh warga di desa ini serta disuguhkan dengan pemandangan alam yang sangat indah membuat rasa lelah kami hilang seketika meskipun harus menempuh 26 jam diperjalanan. Kami bergegas ke penginapan yang akan menjadi tempat tinggal selama 45 hari ke depan. Hal unik dan istimewa yang ada di Desa Boleng ini adalah penduduknya 100% muslim, sementara di desa lainnya mayoritas non-islam. Apakah mereka hidup tidak rukun? Tentu, jawabannya rukun.
Selama ini perilaku toleransi antar umat beragama diterapkan dengan baik di pulau ini, sehingga tidak ada perpecahan antar suku ataupun kericuhan antar warga. Dan yang paling haru, setiap warganya sangat ramah kepada pendatang dari manapun sehingga kami merasakan kehangatan sebuah keluarga dipulau ini.
Satu minggu berjalan, semua penuh keistimewaan. Ada saja hal-hal baru yang kami temui setiap hari yang mengharuskan kami beradaptasi. Disini, kami bertemu dengan ± 200 anak yang harus diberi bimbingan ilmu agama. Mereka tergabung dalam empat Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang ada di Desa Boleng. Setiap hari kami belajar bersama mereka, belajar bagaimana cara mencintai islam dan Al-Qur’an serta praktiknya.
MashAllah, anak-anak timur memang tidak bisa diragukan lagi. Mereka sangat mudah menghafal, dan mempraktikan apa yang kami sampaikan. Rasa lelah kami hilang ketika melihat semangat mereka dalam belajar. Tak sedikit dari mereka membagikan lengkungan senyumnya kepada kami.
Tidak sampai disitu, kamipun belajar bersama di MTs Al-Jihad Boleng dalam program Pesantren Kilat yang dilaksanakan selama satu minggu. Setiap hari membagi tugas untuk menyampaikan kultum kepada adik-adik di MTs. Beberapa hal lucu sering kita temui, seperti kemarin, seorang anak berteriak dengan penuh semangat ketika ditanya tugas Malaikat Ridwan, ia menjawab “Mendayung Sampan!” Ya, tidak salah, karena ayah dari salah seorang teman karibnya bernama Ridwan, dan dia adalah seorang nelayan. Dia adalah malaikat bagi keluarga kecilnya di rumah. Memang, ada pepatah mengatakan “percaya diri adalah sebuah cara menikmati hidup”.
Sekolah yang hanya memiliki kurang lebih 100 siswa, namun semangat mereka tak pernah padam untuk mencari ilmu. MTs Al-jihad ini satu-satunya sekolah MTs yang berbasis islam dipulau Adonara, bagunannya yang tak seindah sekolah-sekolah di kota, tak pernah membuat mereka terasingkan.
Cerita di atas hanya sedikit dari banyaknya hal-hal yang dapat dipetik hikmahnya. Nantikan cerita seru lainnya di Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur pada postingan berikutnya!